Minggu, 29 Maret 2015

Secercah Pencerah: Manfaat Dunia Dan Akhirat


Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh
Alhamdulillah,Alhamdulillahi Al-kariimi Al-kholaaq, washolaatu wassalaamu ‘alaa Sayyidina Muhammad Wa ‘alaa Alihi wa Shohbihi Ajma’in, Amma ba’du.
Di hari yang semoga penuh berkah ini, di tempat yang InsyaAllah penuh dengan para insan yang merindu dan dirindu Allah, marilah kita panjatkan segala puji kepada Allah yang mencipta seluruh alam dan yang menggenggam segala takdir dalam hidup kita, termasuk nafas yang sedang kita hembuskan, ni’matnya, rezekinya yang betapapun basah lisan memuji,Allah tetap diatas pujian itu.
Alhamdulillah, syukur ‘alaa ni’matillah, tiada keindahan diatas keindahan selain Allah.
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada kekasih Allah, Rosululloh SAW. yang telah membawa kita dari zaman kejahilan hingga zaman yang terang ilmu ini.
Yang syafa’atnya diharapkan setiap insan, setiap yang merindu bersanding dengannya. Subhanalloh, utusan Allah dengan segala uswatun hasanahnya.
Pada kesempatan kali ini, saya akan memberikan beberapa patah kata, dengan niat lillah dan niat mengamalkan hadits rosululloh “Ballighu ‘anniy walau ayatan” karena tiadalah lagi yang bisa saya harapkan dari kebodohan ini selain mau dan mampu memberi kemanfaatan, sekali lagi, walau satu ayat. InsyaAllah.
Bicara tentang kemanfa’atan, Tak lain lagi saya hanya akan menyampaikan apa yang saya tahu.
Pada saat itu, kiranya tak jarang saya bersama K.H. Abu Hamid. Beliau adalah pengasuh pon-pes Al-Ikhsan Beji. Kyai yang sangat menjunjung tinggi kemanfaatan dunia akhirat, terbukti beberapa acara beliau yang saya ikuti, seperti perpisahan MTs Al-Ikhsan beliau mengucapkan 3 kali kalimat “Manfangati dunia lan akhirat” sejak awal hingga akhir ‘dawuhnya’ .
Pernah sesekali beliau ‘dawuh’ kepada saya, sambil membuka kitab yang baru saja saya khatamkan di pesantren At-Taujieh Leler Banyumas “Ilmu itu tidak hanya disini (menunjuk hati) tapi juga disini (menunjuk kepala). ”
“Disebarkan..” Lanjutnya.
Saat itu, yang bisa saya tangkap adalah bahwa ilmu yang sudah kita dapat, harus terus diingat, dipahami dan diamalkan.
Pernah sesekali saya jumpai beliau sedang menulis sholawat –entah sholawat apa namanya, saya lupa- yang kata beliau, beliau lupa bacaannya, beliau lantas berpesan kepada saya “nak wis maju, sing mburi aja d lalikna, salah kue.” Yang artinya bila sudah maju, yang belakang jangan dilupakan.
“Cobaane ya ngono,lagi nggo awak dewek apal, tapi pas arep d wulangna malah lali. Ilmu kue sing gadah pangeran, udu menungso.” Bahwa Cobaan ya seperti itu, sedang buat sendiri hafal tapi pas akan d amalkan malah lupa, Ilmu itu yang punya Allah, bukan manusia.
Subhanalloh, bila melihat sesepuh Romo Kyai saja masih mau menyadari dan mengakui, bahwa Ilmu itu milik Allah.
Malulah bila kita yang bila ilmunya dibanding dengan beliau, jelas belum ada apa-apanya, tapi baru mengerti satu ilmu saja tidak mau mengamalkannya.
Malulah bila kita yang sebelum mengerti atau paham akan ilmu adalah sama-sama pernah tidak mengerti, lalu enggan untuk mengamalkan. Astaghfirulloh.
Tak jarang pula, bila bertemu, beliau bertanya “koe sing tau nang Leler?” saya mengangguk saja padahal dalam hati, saya lah bukan apa-apa hanya jolokan -kilatan- disana beberapa hari, tepat 25 hari. Belum lagi dari 8/9 kitab hanya dua kitab yang afsahannya/ tulisannya full tidak ada yang kosong, tapi beliau selalu “Ulih apa?” –dapat apa?- lalu beliau tersenyum dan melanjutkan “Lah iya, kudu ulih apa-apa, disebarna.”
Kata beliau, lah iya, harus dapat apa-apa, diamalkan.
Bahwa dapat apa-apa yang dimaksud adalah hasil kita dari mengaji, atau belajar yang dengannya kita diwajibkan untuk mengamalkan.

Untuk itu, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan, salah satunya yaitu mengamalkan apa yang telah kita miliki, agar sama-sama kita berjalan pada jalanNya, sebagaimana kata pepatah “Jadilah seperti kran, menyimpan air bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk orang-orang disekitarnya.
Ingat, “Manfangati dunia lan akhirat.”
Begitulah kiranya beberapa yang bisa saya sampaikan, semoga kita termasuk yang di berkahi ilmunya, yang mau dan mampu memberi kemanfaatan bagi sesama, yang memberi pengetahuan bagi yang belum mengetahui sesuatu, yang dengan itu kita mengharap ganjaran dari Allah, Sang pemilik segalanya.
Syukron katsir, wallohu a’lam bisshowab.
Wassalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar