Jumat, 06 Februari 2015

Zulia Cermin Dunia

Di sebuah desa hiduplah seorang raja yang bijaksana
bernama Alexander.Karena kemuliaan sang raja, ia
memanfaatkan istananya sebagai tempat menimba ilmu
bagi para penduduknya yang berkenan.
Pada suatu malam, di seberang desa tersebut ramai
kedatangan cendekiawan dan ilmuan yang hebat,
dimana banyak sekali dari dalam dan luar daerah rela
berdesakan demi untuk melihat mereka.
Karena pada zaman dahulu,mereka menganggap setiap
cendekiawan dan ilmuwan membawa berkah bagi
dirinya.
Mendengar kabar demikian, sang putri raja yang
bernama Zulia tertarik.
Zulia tampak bingung dan gelisah. Ia takkan bisa keluar
begitu saja dari istana, karena sang raja memerintahkan
seluruh penghuni istana untuk tetap berada dalam
istana sejak senja hingga pagi hari.
Tanpa fikir panjang, ZuIia tetap memilih untuk pergi
dan membawa satu penghuni istana. Ia menggunakan
gaun biru muda yang membuatnya semakin tampak
cantik mempesona.
Setelah tiba disana,Zulia sangat merasa bahagia
karena baginya keluar istana malam hari adalah hal
yang belum pernah ia lakukan, melihat keindahan
malam dan keramaian.
Tiba-tiba Zulaiha melihat beberapa kawan istana dan
pengawal istana sedang berada di tempat yang sama,
ia yakin bahwa mereka keluar tanpa sepengetahuan
sang raja.
Malam semakin larut,sebelum Zulia kembali ke
istana,menghampiri mereka dan berkata bahwa ia telah
mendapatkan izin dari sang raja sehingga ia takkan
mungkin mendapatkan hukuman.
Namun tidak seperti zulia, mereka justru sangat merasa
takut untuk kembali ke istana malam itu juga.
Akhirnya, mereka mencari tempat untuk singgah hingga
pagi hari.
Saat sampai di istana,penghuni istana yang lainnya
mendekati Zulia dan bertanya,”Bagaimana keadaan
disana,Putri?Pasti sangat menyenangkan menatap para
cendekiawan dan ilmuwan-ilmuwan besar.” Sang putri
menjawab,”Ya,sangat menyenangkan.” “Tidakkah kau
melihat kawan-kawan istana yang lainnya, Putri?
Mereka tak berada d kamar sejak sore hari.” Timpal
penghuni yang lainnya.
Dengan santai,”Ya, aku melihatnya, bahkan
bersamanya.”
“Lalu?bagaimana mereka pulang?”
“Aku kira mereka telah sampai, bukankah tidak
diizinkan salah satu diantara kalian pergi malam hari?”
“Mereka mengantongi izin, tapi tidak untuk pergi
kesana, Putri. Mereka pergi berobat.”
Dengan sangat angkuh,“Aku tak peduli, yang terpenting
adalah aku tak mungkin mendapat hukuman, dan jelas
takkan ada yang akan memarahiku.”
Pada saat yang sama, Pengawal istana menghampiri
Zulia dan terjadi perbincangan.
“Aku tadi melihat beberapa kawan istana pergi
kesana.”Kata Zulia.
“Iya, Sang raja telah mengirimkan utusan untuk
menyampaikan bahwa sebelum jam 5 pagi mereka
harus berada di istana, dan aku yang akan
menghukumnya.”
“Aku juga melihat beberapa pengawal istana berada
disana.” “Ohya, Putri? Lalu bagaimana mungkin aku
akan menghukum kawan-kawan istana jika pengawal
istana saja tak mematuhinya, apakah mereka tidak
akan menilaiku tidak adil?”
Zulia hanya tersenyum mendengar jawaban pengawal
istana dan tidak merasa bahwa ia juga telah menyalahi
aturan.
Keesokan harinya, Zulia melihat mereka sudah berada
di istana dan menjalankan kegiatannya seperti biasa,
seolah tanpa kekhawatiran.
Zulia mendekati mereka dan berkata,”Bagaimana?
Tidak mendapat hukuman?” Mereka hanya
menjawab,”Belum.”
“Tidak akan mereka menghukummu.”
“Mengapa?”
“Karena aku telah mengatakan bahwa ada beberapa
pengawal istana keluar pada malam hari tanpa izin.
Dengan itu, ia mengatakan bahwa jika pengawal istana
yang memiliki wewenang untuk menjaga istana dan
bertugas mengawasi seluruh penghuni saja pergi tanpa
sepengetahuan, bagaimana mungkin kalian akan
dihukum?”Jawab Zulia.
Akhirnya mereka tenang dan tidak terdengar lagi kabar
tentang hukuman atas mereka.
Beberapa hari kemudian, Putri Zulia pergi bersama
kawan-kawannya yang bukan penghuni istana hingga
sore hari. Karena dimana-mana ada peraturan yang
sama, kawan-kawannya pun tak akan keluar setelah
senja. Akhirnya Zulia tak tau harus dengan apa dan
siapa ia pulang.
Zulia dirundung kegelisahan karena hampir pukul 21:00
ia masih berada diluar istana.
Akhirnya, ia mengirim surat kepada ratu Alisya,
ibundanya,untuk mengirimkan seseorang untuk
menjemputnya.
Sang raja mengetahui hal itu dan memanggil putrinya.
Dengan wajah memelas, Zulia memulai percakapan
“Maaf ayah.”
“Darimana saja engkau?”
“A..aku.. hanya bermain dengan kawan-kawan diluar
istana,Ayah.”jawab Zulia.
“Bagaimana kau akan menjadi baik, bila selalu
merepotkan oranglain? Tidak peduli malam atau siang.”
“Kau tahu? Mengapa tidak aku jatuhkan hukuman
kepada kawan-kawan istana dan pengawal istana saat
mereka pergi saat malam hari tanpa sepengetahuanku
beberapa hari yang lalu?” “Tidak,Ayah.”
“Apakah aku orang yang adil?apakah aku orang yang
bijaksana?jika aku menghukum mereka sedangkan
putriku saja pergi kesana? Apa yang akan mereka
katakan? Apa yang akan mereka fikirkan?”
“Kau, kau yang akan kuhukum, putriku..” lanjut Sang
Raja.
“Tapi, tapi ayah...” Zulia menangis.
“Kurung ia dan jangan sampai terulang kembali, putriku
harus menjadi putri yang cantik, tidak sembarang pergi
dan berperilaku.” Perintah Sang Raja.
Dalam kamar, Zulia menangis sejadi-jadinya. Teringat
apa yang ia katakan pada kawan-kawan istana bahwa
mana mungkin mereka akan dihukum sedang pengawal
istana melanggar aturan? ternyata ia tak pernah sadar,
bahwa bukan itu yang paling memberatkan pengawal
untuk menghukum kawan-kawan, tapi karena Zulia,
Putri Raja.
“Benar kata ayah, mana mungkin Sang Raja
menghukum pengawal dan kawan-kawan istana
sedangkan putrinya melakukan kesalahan yang
sama?”Bathin Zulia.
4 tahun berlalu,
setelah menyadari dan menyesali kesalahanya,Ia
menjadi pribadi yang sangat anggun, cantik dan baik
hati.
Karena ia sadar, bahwa dimanapun dan kapanpun
setiap orang akan menjadi teladan bagi sesama.
Siapapun, tidak peduli ia adalah kawan biasa,
pengawal, atau putri raja sekalipun, ia tetap akan
menjadi cermin bagi yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar